This is a bilingual snapshot page saved by the user at 2025-7-14 18:39 for https://app.immersivetranslate.com/pdf-pro/34dd73e6-9d67-455b-ae82-f4f0f14fa5e7/, provided with bilingual support by Immersive Translate. Learn how to save?

ROLE OF FUTURE TIME PERSPECTIVE ON CAREER ADAPTABILITY TOWARDS UNDERGRADUATE STUDENTS
PERAN PERSPEKTIF MASA DEPAN TENTANG KEMAMPUAN BERADAPTASI KARIR TERHADAP MAHASISWA SARJANA

Gita Irianda Rizkyani Medellu 1 1 ^(1){ }^{\mathbf{1}} & Devina Nur Fadhilah 1 1 ^(1){ }^{\mathbf{1}}Faculty of Psychology of Education, State University of Jakarta 1 1 ^(1){ }^{1}
Fakultas Psikologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta 1 1 ^(1){ }^{1}
Email : gitairianda@unj.ac.id
Surel: gitairianda@unj.ac.id

Abstract  Abstrak

This study aimed at determining the effect of future time perspectives on career adaptability in undergraduate students. The approach used in this study was a quantitative approach using the purposive sampling technique. In this study, the number of respondents was 283 senior college students in Jakarta. The measuring instrument used in this research was Future Time Perspective-Indonesia (FTP-I) Version to measure variables of the Future Time Perspective and the Career Adapt-Ability Scale (CAAS) Indonesian Form to measure the Career Adaptability variable. The statistical method used in this study was a regression analysis test. Data processing used SPSS version 24. Analysis of the obtained data used multiple linear regression techniques. The results of the study showed that Future Time Perspective has a significant effect on Career Adaptability. In the partial test, the future time perspective as the opportunities on future outcomes with student career adaptability showed a significant positive effect. Meanwhile, the results of the study also show that there was a significant negative effect between the future time perspective as a limited perspective of times and career adaptability for undergraduate students.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perspektif waktu ke depan terhadap kemampuan beradaptasi karir pada mahasiswa sarjana. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini, jumlah responden sebanyak 283 mahasiswa perguruan tinggi di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Future Time Perspective-Indonesia (FTP-I) Versi untuk mengukur variabel Perspektif Masa Depan dan Skala Kemampuan Beradaptasi Karir (CAAS) Formulir Indonesia untuk mengukur variabel Kemampuan Beradaptasi Karir. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji analisis regresi. Pemrosesan data menggunakan SPSS versi 24. Analisis data yang diperoleh menggunakan teknik regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perspektif Masa Depan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kemampuan Beradaptasi Karir. Dalam tes parsial, perspektif waktu masa depan sebagai peluang pada hasil masa depan dengan kemampuan beradaptasi karir siswa menunjukkan efek positif yang signifikan. Sementara itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara perspektif masa depan sebagai perspektif waktu yang terbatas dan kemampuan beradaptasi karir bagi mahasiswa sarjana.

Keywords: career adaptability, future time perspective, limited, opportunities, undergraduate student
Kata kunci: kemampuan beradaptasi karir, perspektif waktu masa depan, terbatas, peluang, mahasiswa sarjana

Abstract  Abstrak

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh dari Future Time Perspective terhadap Career Adaptability pada mahasiswa tingkat akhir. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik pengambilan sampling purposive. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 283 mahasiswa tingkat akhir perguruan tinggi di Jakarta. Instrumen alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Future Time Perspective (FTP-I) Indonesian Version untuk mengukur variabel Future Time Perspective dan Career Adaptability Career Adapt-Ability Scale (CAAS) Indonesian Form untuk mengukur variabel Career Adaptability. Metode statistika yang digunakan dalam penelitian ini merupakan uji analisis regresi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 24. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian menujukkan Future Time Perspective berpengaruh secara signifikan pada Career Adaptability. Pada pengujian parsial, future time perspective dengan perspektif the opportunities on future outcomes dengan career adaptability mahasiswa menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Sementara hasil penelitian juga menunjukkan terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara future time perspective dengan perspektif the limited perspective of times dengan career adaptability pada mahasiswa tingkat akhir.

Kata kunci: adaptabilitas karir, future time perspective, kesempatan, mahasiswa tingkat akhir, terbatas

1. Introduction  1. Pendahuluan

The changing times because of technological advances brought to a new era, called society 5.0. The hope of this society transformation is a better, super-intelligent, and more prosperous human-centered society. On the other hand, the various conveniences obtained from these technological advances have caused several employment sectors to experience a decrease in the workforce needed because there is technology replacement. The labor force growing faster than job opportunities will increase the number of unemployed. This condition also occurred during 1998-2003, when the employment growth rate was still 4 to 4.5 percent of the growth in the labor force. Until the
Perubahan zaman karena kemajuan teknologi membawa ke era baru, yang disebut society 5.0. Harapan transformasi masyarakat ini adalah masyarakat yang lebih baik, super-cerdas, dan lebih sejahtera yang berpusat pada manusia. Di sisi lain, berbagai kemudahan yang diperoleh dari kemajuan teknologi tersebut menyebabkan beberapa sektor ketenagakerjaan mengalami penurunan tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian teknologi. Angkatan kerja tumbuh lebih cepat daripada kesempatan kerja akan meningkatkan jumlah pengangguran. Kondisi ini juga terjadi selama tahun 1998-2003, ketika tingkat pertumbuhan lapangan kerja masih 4 hingga 4,5 persen dari pertumbuhan angkatan kerja. Sampai

end of 2003, the unemployment rate in Indonesia reached 9.5 percent, higher than the normal unemployment rate of 4 percent (Dimas & Woyanti, 2009). The current phenomenon showed an unusually fast increase in the number of the workforce compared to the job opportunities provided so it increased the number of unemployed.
akhir tahun 2003, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 9,5 persen, lebih tinggi dari tingkat pengangguran normal sebesar 4 persen (Dimas & Woyanti, 2009). Fenomena saat ini menunjukkan peningkatan jumlah tenaga kerja yang luar biasa pesat dibandingkan dengan peluang kerja yang diberikan sehingga meningkatkan jumlah pengangguran.
In addition to technological advances having an impact on unemployment, several factors also causing unemployment recently emerging in early 2020, while Covid-19 pandemic last until now. Affected companies and work institutions enforced the Large-Scale Social Restriction (PSBB) policy; it reduced productivity and work effectiveness. The impact is the unavoidable reduction of employees and new job acceptance is decreasing.
Selain kemajuan teknologi yang berdampak pada pengangguran, beberapa faktor juga menyebabkan pengangguran baru-baru ini muncul pada awal tahun 2020, sedangkan pandemi Covid-19 berlangsung hingga sekarang. Perusahaan dan lembaga kerja yang terdampak menegakkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB); itu mengurangi produktivitas dan efektivitas kerja. Dampaknya adalah pengurangan karyawan yang tidak dapat dihindari dan penerimaan pekerjaan baru menurun.
Common problems that are mostly experienced by students in career and work context are they do not understand their potential, are not yet planned for the future, do not understand work demand, and are worried about not getting a job (Hidayat, 2011). These problems have an impact on the high unemployment rate for university graduates (undergraduates). The threat of unemployment has led to increasingly fierce competition in the workforce, they need to have qualified abilities and skills to adapt to changing times. around 8.8 % 8.8 % 8.8%8.8 \% of the total 7 million unemployed people in Indonesia were undergraduates (Nabilah & Indianti, 2019). Badan Pusat Statistik showed more than half of the workforce in Indonesia, i.e. 58.77 percent, had an educational background of not attending junior high school. One-tenth of university graduates were still unemployed (Baskara & Purwanti, 2020).
Permasalahan umum yang banyak dialami oleh mahasiswa dalam konteks karir dan kerja adalah mereka tidak memahami potensi dirinya, belum direncanakan untuk masa depan, tidak memahami tuntutan pekerjaan, dan khawatir tidak mendapatkan pekerjaan (Hidayat, 2011). Permasalahan ini berdampak pada tingginya tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi (sarjana). Ancaman pengangguran telah menyebabkan persaingan yang semakin ketat di dunia kerja, mereka perlu memiliki kemampuan dan keterampilan yang mumpuni untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. sekitar 8.8 % 8.8 % 8.8%8.8 \% dari total 7 juta pengangguran di Indonesia adalah mahasiswa sarjana (Nabilah & Indianti, 2019). Badan Pusat Statistik menunjukkan lebih dari separuh angkatan kerja di Indonesia, yaitu 58,77 persen, memiliki latar belakang pendidikan yang tidak bersekolah di SMP. Sepersepuluh lulusan perguruan tinggi masih menganggur (Baskara & Purwanti, 2020).
Another fact is mentioned by Tilaar, (1999), that the basic factors of the problem of high undergraduate unemployment in Indonesia, like 1) the quality of human resources themselves, 2) the discrepancy between the results achieved between education and employment, and 3) the imbalance of demand and supply of human services. The fact is when fresh graduates got jobs, some students were forced to choose jobs unsuitable to their fields, and were difficult to adapt to the work climate, were inconsistent in their work, and do not achieve optimal careers (Bullock-Yowell et al., 2011). One of the reasons is the high unemployment rate for undergraduates because most university graduates are only job seekers and rarely want to become job creators. Low and mentally unprepared skills in the world of work are also causes of unemployment in undergraduates (Adi, 2016).
Fakta lain disebutkan oleh Tilaar, (1999), bahwa faktor-faktor dasar dari masalah tingginya pengangguran sarjana di Indonesia, seperti 1) kualitas sumber daya manusia itu sendiri, 2) perbedaan antara hasil yang dicapai antara pendidikan dan pekerjaan, dan 3) ketidakseimbangan permintaan dan penawaran layanan manusia. Faktanya adalah ketika lulusan baru mendapatkan pekerjaan, beberapa siswa terpaksa memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidangnya, dan sulit beradaptasi dengan iklim kerja, tidak konsisten dalam pekerjaan mereka, dan tidak mencapai karir yang optimal (Bullock-Yowell et al., 2011). Salah satu penyebabnya adalah tingginya angka pengangguran bagi mahasiswa sarjana karena sebagian besar lulusan universitas hanya pencari kerja dan jarang ingin menjadi pencipta lapangan kerja. Keterampilan yang rendah dan tidak siap mental dalam dunia kerja juga menjadi penyebab pengangguran pada sarjana (Adi, 2016).
The obtained data regarding the phenomenon of unemployment, the number of job placements for university graduates or undergraduates, show that, as an undergraduate student who will soon graduate and become a graduate, it is necessary to have the ability to adapt or maintain himself in the world of work. It is the ability to make a person more resilient in the face of adversity and distractions; the more likely a person is to persist in career goals (London, 1983).
Data yang diperoleh mengenai fenomena pengangguran, jumlah penempatan kerja lulusan atau sarjana, menunjukkan bahwa, sebagai mahasiswa sarjana yang akan segera lulus dan menjadi lulusan, perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi atau mempertahankan diri di dunia kerja. Ini adalah kemampuan untuk membuat seseorang lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan dan gangguan; semakin besar kemungkinan seseorang untuk bertahan dalam tujuan karir (London, 1983).
The ability of individuals to develop their careers is described in the concept of Career Adaptability (CA); according to Savickas, the construct of CA aims to inform our understanding of how individuals settle, apply and utilize their resources to pursue their career goals. Career Adaptability (CA) was originally proposed by Super in 1979 and is commonly referred to as readiness to face changing situations and in the context of work. Based on previous research since 1975 Super again put forward the concept of career maturity that focuses on adolescents. Super said individuals can be said to have reached career maturity when they have completed their career development tasks well at each stage. Savickas (1997) described CA as a psychosocial construct emphasizing individual readiness and individual resources to cope with current vocational development, dealing with issues of job transition, as well as personal trauma. According to Savickas (2003) (see Guan et al., 2016), success in mastering each of these developmental tasks leads to career adaptability and ensures effective function in work roles and success in other career stages. Savickas (1997) emphasized the individual’s failure and success in developing a career in terms of adaptability and individual style when facing certain situations and conditions.
Kemampuan individu untuk mengembangkan karirnya dijelaskan dalam konsep Career Adaptability (CA); menurut Savickas, konstruksi CA bertujuan untuk menginformasikan pemahaman kita tentang bagaimana individu menetap, menerapkan, dan memanfaatkan sumber daya mereka untuk mengejar tujuan karir mereka. Kemampuan Beradaptasi Karir (CA) awalnya diusulkan oleh Super pada tahun 1979 dan umumnya disebut sebagai kesiapan untuk menghadapi situasi yang berubah dan dalam konteks pekerjaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya sejak tahun 1975, Super kembali mengedepankan konsep kematangan karir yang berfokus pada remaja. Super mengatakan individu dapat dikatakan telah mencapai kematangan karir ketika mereka telah menyelesaikan tugas pengembangan karir mereka dengan baik di setiap tahap. Savickas (1997) menggambarkan CA sebagai konstruksi psikososial yang menekankan kesiapan individu dan sumber daya individu untuk mengatasi perkembangan kejuruan saat ini, berurusan dengan masalah transisi pekerjaan, serta trauma pribadi. Menurut Savickas (2003) (lihat Guan et al., 2016), keberhasilan dalam menguasai masing-masing tugas perkembangan ini mengarah pada kemampuan beradaptasi karir dan memastikan fungsi yang efektif dalam peran kerja dan kesuksesan dalam tahap karir lainnya. Savickas (1997) menekankan kegagalan dan keberhasilan individu dalam mengembangkan karir dalam hal kemampuan beradaptasi dan gaya individu ketika menghadapi situasi dan kondisi tertentu.
According to (King, 2010), individuals mostly looking for a desired career, identity, and lifestyle are individuals with an age range of 18-25 years classified as early adults. Individuals in early adulthood are at a stage of development where they use their knowledge to pursue goals such as careers and family (Feldmans, 2008). Pursuing career targets such as choosing a job field and preparing to assume the chosen position, thus confronting individuals with tough challenges, many things must be reviewed and considered at once (Suryani, 2015). This age is also a school-to-work transition, which is one of the most important phases in career graduation, as it affects career success and future professional outcomes (Koen et al., 2012).
Menurut (King, 2010), individu yang sebagian besar mencari karier, identitas, dan gaya hidup yang diinginkan adalah individu dengan rentang usia 18-25 tahun yang diklasifikasikan sebagai orang dewasa awal. Individu di awal dewasa berada pada tahap perkembangan di mana mereka menggunakan pengetahuan mereka untuk mengejar tujuan seperti karir dan keluarga (Feldmans, 2008). Mengejar target karir seperti memilih bidang pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk menempuh posisi yang dipilih, sehingga menghadapi individu dengan tantangan berat, banyak hal yang harus ditinjau dan dipertimbangkan sekaligus (Suryani, 2015). Usia ini juga merupakan transisi sekolah-ke-kerja, yang merupakan salah satu fase terpenting dalam kelulusan karir, karena memengaruhi kesuksesan karir dan hasil profesional di masa depan (Koen et al., 2012).
The proximity of the final year for university students to the world of work creates ideal conditions for them like having the ability to deal with changes that occur, especially in the career context. According to Gunawan (2014) (see Imdiati, 2019) preparing well and having high adaptability to adapt to the changes that will be faced in the world of work must be possessed by students. CA is a self-regulatory ability or capacity that a person can use to solve unfamiliar, complex, and unclear problems presented by developmental tasks, job transitions, and work trauma (Savickas & Porfeli, 2012). In addition, CA can direct individuals in determining actions and strategies for the realization of the goals to be achieved (Savickas & Porfeli, 2012).
Kedekatan tahun akhir mahasiswa dengan dunia kerja menciptakan kondisi ideal bagi mereka seperti memiliki kemampuan untuk menghadapi perubahan yang terjadi, terutama dalam konteks karir. Menurut Gunawan (2014) (lihat Imdiati, 2019) mempersiapkan diri dengan baik dan memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan yang akan dihadapi dalam dunia kerja harus dimiliki oleh mahasiswa. CA adalah kemampuan atau kapasitas pengaturan diri yang dapat digunakan seseorang untuk memecahkan masalah yang tidak dikenal, kompleks, dan tidak jelas yang dihadirkan oleh tugas perkembangan, transisi pekerjaan, dan trauma kerja (Savickas & Porfeli, 2012). Selain itu, CA dapat mengarahkan individu dalam menentukan tindakan dan strategi untuk terwujudnya tujuan yang ingin dicapai (Savickas & Porfeli, 2012).
Facing unpredictable conditions in the future regarding career is described through four aspects of CA. These aspects include career concerns, individuals who have a future orientation and can prepare for what happens next. In career control, individuals have a responsibility to shape themselves and their environment to meet future conditions, such as self-discipline and perseverance. Career curiosity, individuals explore the environment so that
Menghadapi kondisi yang tidak dapat diprediksi di masa depan mengenai karir dijelaskan melalui empat aspek CA. Aspek-aspek ini termasuk masalah karir, individu yang memiliki orientasi masa depan dan dapat mempersiapkan apa yang terjadi selanjutnya. Dalam pengendalian karir, individu memiliki tanggung jawab untuk membentuk diri dan lingkungannya untuk memenuhi kondisi masa depan, seperti disiplin diri dan ketekunan. Keingintahuan karir, individu menjelajahi lingkungan sehingga

they think about themselves in various roles and situations. When individuals have the curiosity and exploration about their future career, career confidence will arise, then they will be able to actualize themselves in a life plan.
Mereka memikirkan diri mereka sendiri dalam berbagai peran dan situasi. Ketika individu memiliki rasa ingin tahu dan eksplorasi tentang karir masa depan mereka, kepercayaan diri karir akan muncul, maka mereka akan dapat mengaktualisasikan diri dalam rencana hidup.
CA can be concluded as a transactional competency where development is based on experience over time, shaped by learning, and augmented by other abilities (Savickas & Porfeli, 2012). The CA process requires a convincing source of motivation so that individuals gain confidence in their careers. One source of motivation from within the individual is the perception of the emergence of opportunities and hopes for the future. Future time perspective (FTP) is a concept related to an individual’s quality of life. FTP is definable as an individual’s view of the personal future, including the perceived opportunities and limitations facing them in the future (Cate & John, 2007). One’s perception of future time (limited or open) affects the pursuit and selection of individual goals (De Volder & Lens, 1982; Husman & Lens, 1999). De Volder said that the valence element in FTP relates to how much an individual evaluates the future goals while extension refers to how big the future period lasts (De Volder & Lens, 1982; Husman & Shell, 2008). FTP is the disposition of individuals to assess opportunities, even though they will achieve them in the distant future (Lens, 2005).
CA dapat disimpulkan sebagai kompetensi transaksional di mana pengembangan didasarkan pada pengalaman dari waktu ke waktu, dibentuk oleh pembelajaran, dan ditambah dengan kemampuan lain (Savickas & Porfeli, 2012). Proses CA membutuhkan sumber motivasi yang meyakinkan sehingga individu mendapatkan kepercayaan diri dalam karir mereka. Salah satu sumber motivasi dari dalam diri individu adalah persepsi munculnya peluang dan harapan untuk masa depan. Perspektif masa depan (FTP) adalah konsep yang berkaitan dengan kualitas hidup seseorang. FTP dapat didefinisikan sebagai pandangan individu tentang masa depan pribadi, termasuk peluang dan keterbatasan yang dirasakan yang dihadapi mereka di masa depan (Cate & John, 2007). Persepsi seseorang tentang waktu masa depan (terbatas atau terbuka) memengaruhi pengejaran dan pemilihan tujuan individu (De Volder & Lens, 1982; Husman & Lens, 1999). De Volder mengatakan bahwa elemen valensi dalam FTP berhubungan dengan seberapa banyak seseorang mengevaluasi tujuan masa depan sementara ekstensi mengacu pada seberapa besar periode masa depan berlangsung (De Volder & Lens, 1982; Husman & Shell, 2008). FTP adalah disposisi individu untuk menilai peluang, meskipun mereka akan mencapainya di masa depan yang jauh (Lens, 2005).
The time perspective is closely related to the future development of individuals, especially their career development. Most career psychologists (eg, Ferrari, Nota, & Soresi, 2012; Hartung, Porfeli, & Vondracek, 2008; Shell & Husman, 2001) have conducted future-focused research; if an individual focuses on the future, it will greatly affect his cognition and behavior in the present. In line with this, Cate and John (2007) conceptualize FTP as the amount of time they think they have left in the future and how conscious they are at the moment. Therefore, according to Cate and John, FTP has two dimensions: opportunity and time remaining.
Perspektif waktu erat kaitannya dengan perkembangan individu ke depan, terutama perkembangan karir mereka. Sebagian besar psikolog karir (misalnya, Ferrari, Nota, & Soresi, 2012; Hartung, Porfeli, & Vondracek, 2008; Shell & Husman, 2001) telah melakukan penelitian yang berfokus pada masa depan; Jika seseorang berfokus pada masa depan, itu akan sangat mempengaruhi kognisi dan perilakunya di masa sekarang. Sejalan dengan ini, Cate dan John (2007) mengkonseptualisasikan FTP sebagai jumlah waktu yang mereka pikir tersisa di masa depan dan seberapa sadar mereka saat ini. Oleh karena itu, menurut Cate dan John, FTP memiliki dua dimensi: peluang dan waktu yang tersisa.
The relationship between FTP and CA can be illustrated by a meta-analysis study on adaptation of career construction models describing future orientations with an impact on CA (Rudolph et al, 2017). This model presents CA as an adaptability resource mediating the impact of adaptability related to a future orientation on the outcome of the individual’s adaptation process (Rudolph et al., 2017; Savickas & Porfeli, 2012). Based on these arguments, it is concluded that FTP can predict career adaptability. There is a possibility of a reciprocal relationship between FTP and CA (Jia, Hou, Zhang, & Xiao, 2020; Zacher, 2014). Individuals with the resources and strategies will have more opportunities to overcome career challenges by planning for their future, taking responsibility for the future, and potentially seeing time and opportunities in the future positively. In particular, students with good FTP tend to show strong confidence in their career decisions (Jung et al., 2015; Walker & Tracey, 2012). A student’s good CA ability affects their future work, both of which show a reciprocal impact.
Hubungan antara FTP dan CA dapat diilustrasikan dengan studi meta-analisis tentang adaptasi model konstruksi karir yang menggambarkan orientasi masa depan dengan dampak pada CA (Rudolph et al, 2017). Model ini menyajikan CA sebagai sumber daya kemampuan beradaptasi yang memediasi dampak kemampuan beradaptasi terkait dengan orientasi masa depan pada hasil proses adaptasi individu (Rudolph et al., 2017; Savickas & Porfeli, 2012). Berdasarkan argumen tersebut, disimpulkan bahwa FTP dapat memprediksi kemampuan beradaptasi karir. Ada kemungkinan hubungan timbal balik antara FTP dan CA (Jia, Hou, Zhang, & Xiao, 2020; Zacher, 2014). Individu dengan sumber daya dan strategi akan memiliki lebih banyak peluang untuk mengatasi tantangan karir dengan merencanakan masa depan mereka, bertanggung jawab untuk masa depan, dan berpotensi melihat waktu dan peluang di masa depan secara positif. Secara khusus, siswa dengan FTP yang baik cenderung menunjukkan kepercayaan diri yang kuat dalam keputusan karir mereka (Jung et al., 2015; Walker & Tracey, 2012). Kemampuan CA siswa yang baik memengaruhi pekerjaan masa depan mereka, yang keduanya menunjukkan dampak timbal balik.
The previous explanation shows that FTP can connect individuals who will build their careers; specifically, the relationship between FTP and career adaptation with the assumption that the more individuals have a high level of hope for the future, the more likely they will be to have a positive affective attitude towards their careers. To our knowledge, there’s not much research that explains the relationship directly between these two variables, especially in the education context in Indonesia. The previous study also related to FTP is mostly discussed as one dimension. However, there is a conception indicating that time can be seen from two perspectives, called the perception that time in life is short and also the perception that time runs throughout life (Coudin & Luisa Lima, 2011). Therefore, in this study, two perceptual values of FTP will be reviewed in motivating CA in undergraduate students who are looking for a career in responding to their developmental tasks. In sum, our study aims to investigate the role of FTP in the framework of CA among undergrad students in Indonesia. Secondly, examine how two values of FTP interact with CA. In the present study, the study’s hypothesis is FTP will be positively related to CA.
Penjelasan sebelumnya menunjukkan bahwa FTP dapat menghubungkan individu yang akan membangun karirnya; khususnya, hubungan antara FTP dan adaptasi karir dengan asumsi bahwa semakin banyak individu yang memiliki tingkat harapan yang tinggi untuk masa depan, semakin besar kemungkinan mereka memiliki sikap afektif positif terhadap karier mereka. Sepengetahuan kami, tidak banyak penelitian yang menjelaskan hubungan langsung antara kedua variabel ini, terutama dalam konteks pendidikan di Indonesia. Studi sebelumnya juga terkait FTP banyak dibahas sebagai satu dimensi. Namun, ada konsepsi yang menunjukkan bahwa waktu dapat dilihat dari dua perspektif, yang disebut persepsi bahwa waktu dalam hidup itu singkat dan juga persepsi bahwa waktu berjalan sepanjang hidup (Coudin & Luisa Lima, 2011). Oleh karena itu, dalam penelitian ini, dua nilai persepsi FTP akan ditinjau dalam memotivasi CA pada mahasiswa sarjana yang mencari karir dalam merespon tugas-tugas perkembangan mereka. Singkatnya, penelitian kami bertujuan untuk menyelidiki peran FTP dalam kerangka CA di kalangan mahasiswa sarjana di Indonesia. Kedua, periksa bagaimana dua nilai FTP berinteraksi dengan CA. Dalam penelitian ini, hipotesis penelitian adalah FTP akan berhubungan positif dengan CA.

2. Method  2. Metode

Participants  Peserta

This study has 283 participants ( 72.8 % 72.8 % 72.8%72.8 \% of females and 27.2 % 27.2 % 27.2%27.2 \% males) of Undergraduate students. Non-probability sampling technique was used to collect data from final students of various universities in Jakarta. The sampling technique was convenience sampling, and the characteristics of the sample were: 1) active PTN/PTS (state/Private University) students domiciling in Jakarta, 2) at least 7th semester, and 3) currently preparing a thesis/final project.
Penelitian ini memiliki 283 peserta ( 72.8 % 72.8 % 72.8%72.8 \% perempuan dan 27.2 % 27.2 % 27.2%27.2 \% laki-laki) mahasiswa Sarjana. Teknik pengambilan sampel non-probabilitas digunakan untuk mengumpulkan data dari mahasiswa akhir dari berbagai universitas di Jakarta. Teknik pengambilan sampel adalah convenience sampling, dan karakteristik sampelnya adalah: 1) mahasiswa PTN/PTS (Perguruan Tinggi Negeri/Swasta) aktif di Jakarta, 2) minimal semester 7, dan 3) sedang menyusun skripsi/tugas akhir.
This online survey began because of the rules of restrictions on social interactions implemented during the Covid-19 pandemic. Most of the respondents were in the 8th semester of 81.3 % 81.3 % 81.3%81.3 \%, followed by 7 th 7 th  7^("th ")7^{\text {th }}-semester students with several 13.8 % , 4.6 % 13.8 % , 4.6 % 13.8%,4.6%13.8 \%, 4.6 \% of students in 10th semester, and 0.4 % 0.4 % 0.4%0.4 \% of ninth-semester students, living with their families, and the rest stayed alone (5%). Then, there were 89 % 89 % 89%89 \% of students had interned during college and 11 % 11 % 11%11 \% had never interned. The three largest groups were those aged 22 years (53%), 21 years ( 25.8 % 25.8 % 25.8%25.8 \% ), and 23 years (11.7%).
Survei online ini dimulai karena aturan pembatasan interaksi sosial yang diterapkan selama pandemi Covid-19. Sebagian besar responden berada di semester 8 , 81.3 % 81.3 % 81.3%81.3 \% diikuti oleh 7 th 7 th  7^("th ")7^{\text {th }} mahasiswa semester 1 dengan beberapa 13.8 % , 4.6 % 13.8 % , 4.6 % 13.8%,4.6%13.8 \%, 4.6 \% mahasiswa semester 10, dan 0.4 % 0.4 % 0.4%0.4 \% mahasiswa semester sembilan, tinggal bersama keluarga, dan sisanya tinggal sendiri (5%). Kemudian, ada 89 % 89 % 89%89 \% siswa yang magang selama kuliah dan 11 % 11 % 11%11 \% tidak pernah magang. Tiga kelompok terbesar adalah mereka yang berusia 22 tahun (53%), 21 tahun ( 25.8 % 25.8 % 25.8%25.8 \% ), dan 23 tahun (11,7%).